Pages

Banner 468 x 60px

 

Selasa, 08 Januari 2013

Aliran Transformatif

0 komentar

A.    Pengertian Aliran Transformasi Generativ
            Aliran transformasi generatif sebenarnya bermula dan berakar pada penelitian yang dilakukan oleh Zellig Harris di Universitas Pennsylvania sekitar tahun 1950. Chomsky Kemudian pada tahun 1957 mahasiswa Prof. Zellig Harris, yaitu Noam Chomsky lewat bukunya Syntatic Structure yang membuat revolusi besar pada studi bahasa, sesudah terbitnya karya Bloomfield Language pada tahun 1933. Teori ini dikembangkan pada bukunya yang ke dua berjudul Aspect of The Theory of Syntax pada tahun 1965. Dalam buku ini, Chomsky telah menyempurnakan teorinya mengenai sintaksis dengan mengadakan beberapa perubahan prinsipil yang dikenal dengan istilah "Standard Theory". Kemudian dikembangkan lagi pada tahun 1972 dan diberi nama "Extended Standard Theory". Pada tahun 1975 direvisi kembali dan diberi nama "Revised Extended Standar dan revisi terakhir dengan nama “government and binding theory”.
             Aliran ini muncul sebagai penolakan terhadap aliran struktural yang beranggapan bahwa bahasa itu sifatnya learned dapat dipelajari dari lingkungan sekitar dan kelayakan kajian kebahasaan ditentukan oleh deskripsi data kebahasaan secara induktif karena mengambil paham positivisme yang mesyaratkan para peneliti bahasa untuk melekatkan dirinya pada segumpal data bila ia mengadakan penelitian, sehingga penelitiannya kebanyakan bersifat kuantitatif. Tidak demikian bagi Chomsky, bahasa menurut Chomsky bersifat innate, artinya bahasa merupakan keturunan dan sudah ada dalam jiwa manusia dan kajian linguistik berkaitan dengan aktivitas mental yang probabilitas, dan bukan berhadapan dengan data kajian yang tertutup dan selesai sehingga dapat dianalisis dan dideskripsikan secara pasti. Oleh sebab itu, Chomsky beranggapan bahwa teori linguistik harus dikembangkan dengan bertolak dari kerja secara deduktif yang dibangun oleh konstruk hipotetik tertentu. Artinya, tugas para peneliti bukan hanya mengambil kalimat terpisah, menamai bagian-bagiannya serta melihat bagaimana bagian-bagian tersebut bekerja bersama-sama tetapi tugas utamanya adalah membangun suatu teori bahasa.


            Adapun pandangan beberapa ahli tata bahasa terhadap pengertian aliran transformasi sebagai berikut :
1.      Keraf ( 1980: 153)
        “Transformasi adalah suatau proses merubah bentuk bahasa menjadi bentuk-bentuk lain, baik dari bentuk sederhana ke bentuk yang kompleks maupun dari bentuk kompleks ke bentuk yang sederhana”.
2.      Samsuri (1981 :35)
        “Transformasi adalah proses atau hasil pengubahan sebuah struktur kebebasan atau struktur yang lain menurut kaidah tertentu”.
3.      Kridalaksana (1984 :198)
        “Transformasi adalah kaidah untuk mengubah struktur gramatikal lain dengan menambah, mengurangi, atau mengatur kembali konstituen-konstituennya”.
4.      Rosenbaun (1968 : 28)
        “Transformasi convert one sentences structure by performing verious operations on the constituens making up there tructure”. Terjemahannya: “Transformasi adalah proses perubahan struktur dalam suatu kalimat ke dalam struktur luar atau struktur permukaannya”.
5.      Kridalaksana, (1993: 69)
        Tata bahasa transformasi generatif merupakan teori linguistik yang menyatakan bahwa tujuan linguistik ialah menemukan apa yang semesta dan teratur dalam kemampuan manusia untuk memahami dan menghasilkan kalimat-kalimat yang gramatikal. Kalimat dianggap sebagai satuan dasar, dan hubungan antara unsur-unsur dalam struktur kalimat diuraikan atas abstraksi yang disebut kaidah struktur frase dan kaidah transformasi.
        Jadi, dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa transformasi generatif merupakan proses atau kaidah perubahan dari struktur dalam, menjadi struktur luar atau permukaannya, baik dalam menambah, mengurangi (penghilangan), permutasi, maupun pergantian. Teori transformasi generatif meninjau aspek bahasa berdasarkan sudut pandang bahasa itu sendiri, serta menelaah unsur-unsur dan fungsinya dalam bahasa yang diteliti.
            Menurut teori transformasi generatif tatabahasa itu terdiri dari tiga buah komponen, yaitu komponen yaitu, komponen fonologis, sintaksis, dan semantik (Chaer. 2009: 34). Namun, untuk memahami ketiga konsep tersebut perlu dipahami dulu konsep struktur dalam dan struktur luar.

B.     Ciri-ciri Aliran Transformasi Generativ
1.      Berdasarkan faham mentalistik.
Aliran ini meganngap bahasa bukan hanya proses rangsang-tanggap akan tetapi merupakan proses kejiwaan. Aliran ini sagat erat dengan psikolinguistik.
2.      Bahasa merupakan innate
Bahasa merupakan faktor innate(keturunan/warisan)
3.      Bahasa terdiri dari lapis dalam dan lapis permukaan.
Teori ini memisah bahasa menjadi dua lapis yaitu deep structure dan surface structure. Lapis batin merupakan tempat terjadinya proses berbahasa yang sebenarnya secara mentalistik sedangkan lapis permukaan adalah wujud lahiriah yang ditransformasi dari lapis batin.
4.      Bahasa terdiri dari unsur competent dan performance
Linguistic competent atau kemampuan linguistik merupakan penegtahuan seseorang tentang bahasanya termasuk kaidah-kaidah di dalamnya. Linguistic performance atau performansi linguistik adalah keterampilan seseorang menggunakan bahasa.
5.      Analisis bahasa bertolak dari kalimat.
6.      Penerapan kaidah bahasa bersifat kreatif
Ciri ini menentang anggapan kaum struktural yang fanatik terhadap standar keumuman. Bagi kaum tranformasi masalah umum tidak umum bukan suatu persoalan yang terpenting adalah kaidah.
 7.   Membedakan kalimat inti dan kalimat transformasi.
Kalimat inti merupakan kaliamt yang belum dikenai transformasi sedangkan kalimat transformasi merupakan kalimat yang sudah dikenai kaidah transformasi yang ciri-cirinya yaitu lengkap, simpel, statemen, dan aktif. Lam pertumbuhan selanjutnya ciri itu ditambah runtut dan positif.


                          8.  Analisis diwujudkan dalam diagram pohon dan rumus.
Analisis dalam teori ini dimulai dari struktur kalimat lalu turun ke frase menjadi frase benda (NP) dan frase kerja (VP) kemudian dari frase turun ke kata.
                                    9.  Gramatikal bersifat generatif.
Bertolak dari teori yang dinamakan tata bahasa generatif tansformasi (TGT).

C.    Komponen-komponen Teori Transformasi Generatif
            Menurut teori transformasi generatif, tata bahasa itu terdiri dari tiga komponen. diantaranya sebagai berikut:
1)      Komponen Sintaksis
                 Komponen sintaksis dalam aliran transformasi merupakan komponen sentral dalam pembentukan kalimat, disamping komponen semantik dan komponen fonologi. Sintaksis adalah organisasi kata-kata (leksikon) yang membentuk frase atau kalimat dalam suatu bahasa. Sehingga, tugas utama komponen sintaksis adalah menentukan hubungan antara pola-pola bunyi bahasa itu dengan makna-maknanya dengan cara mengatur urutan kata-kata yang membentuk frase atau kalimat itu agar sesuai dengan makna yang diinginkan oleh penuturnya. Berikut contohnya :
“Kuda itu menendang petani itu”
Setiap penutur bahasa Indonesia dengan kompetensinya mengenai bahasa Indonesia akan bisa menentukan hal-hal sebagai berikut:
a)      Kalimat tersebut adalah kalimat berterima, baik, dan lengkap
b)      Kalimat tersebut terdiri atas beberapa kata
c)      Dalam kalimat tersebut, kata kuda adalah sebuah nomina, kata menendang adalah sebuah verba, kata petani adalah nomina, dan kata itu adalah atribut yang berfungsi untuk menunjuk sesuatu yang dimaksud.
d)     Jika dipenggal kata tersebut, maka pemenggalannya sebagai berikut:
·         Kuda itu/ menendang petani   (tidak mungkin)  ………. 1
·         Kuda/ itu menendang petani itu      (atau)            ………. 2
·         Kuda itu menendang/ petani itu                             ………. 3
                 Jadi dapat disimpulkan, pertama setiap penutur bahasa Indonesia akan merasakan bahwa kata yang pertama lebih natural bergabung dengan kata itu adalah kata kuda daripada dengan kata menendang. Kemampuan inilah yang disebut sebagai competence (kompetensi) yaitu hal yang secara tidak sadar kita lakukan terhadap tata bahasa Indonesia. Kedua, dengan terjadinya kemungkinan pada kalimat (1) dapat ditarik kesimpulan bahwa meskipun suatu kalimat berterima secara gramatikal belum tentu berterima secara semantik. Oleh karena itu, disinilah peranan semantik itu diperlukan.
2)      Komponen Semantik
            Teori linguistik transformasi generatif mengakui bahwa suatu kalimat sangat tergantung pada beberapa faktor yang saling berkaitan dengan yang lain. Faktor itu antara lain (a) makna leksikal kata yang membentuk kalimat, (b) urutan kata dalam organisasi kalimat, (c) intonasi, cara kalimat diucapkan atau dituliskan, (d) konteks situasi kalimat itu diucapkan atau dituliskan, (e) kalimat sebelum dan sesudah  kalimat yang menyertai kalimat itu, (f) faktor-faktor lain. Misalnya kata lagi makan dan makan lagi menjadi berbeda maknanya karena unsur-unsur katanya berbeda atau contoh kata manis secara leksikal mengacu pada rasa seperti rasa gula; tetapi dapat juga bermakna baik, menarik, cantik. Contohnya :
a)      Gadis itu sangat manis….       (bermakna ganda yaitu cantik&baik hati)
b)      Gadis itu sangat manis rupanya……… (bermakna cantik)
c)      Gadis itu sangat manis budinya……… (bermakna baik hati)
            Oleh karena itu, teori transformasi generatif menyatakan setiap kata memiliki filtur semantik (semantic feature) dan penanda semantik (semantic maker) yang membentuk keseluruhan makna kata itu. Umpanya kata bapak memiliki filtur {+benda}, {+konkret}, {+manusia}, {+dewasa}, {+laki-laki}, {+menikah} {-beranak} dan kata ibu {+benda}, {+konkret}, {+manusia}, {+dewasa}, {-laki-laki}, {+menikah} {+beranak}. Perhatikan contoh kalimat berikut :
a)      Ibu sedang hamil,
b)      Bapak sedang hamil.
            Jadi, jelas perbedaan filtur kata bapak {+laki-laki} dan ibu {-laki-laki}, sehingga kalimat ke (4) berterima dan kalimat ke (5) tidak berterima. Pengenalan filtur-filtur semantik ini sebenarnya juga telah ternuranikan oleh setiap penutur suatu bahasa dan merupakan bagian dari kompetensi bahasanya. Oleh karena itu, penutur bahasa itu dapat mengenal mana kalimat yang berterima dan mana kalimat yang tidak berterima.
3)      Komponen Fonologi
            Komponen fonologi menjadi komponen ketiga dalam tata bahasa transformasi generatif yang memiliki rumus-rumus fonologi yang bertugas mengubah struktur luar sintaksis menjadi reprentasi fonetik yaitu bunyi-bunyi bahasa yang kita dengar yang diucapkan oleh seorang penutur.
            Bunyi-bunyi yang membentuk suatu kata disebut unit bunyi, segmen fonetik, atau dalam studi fonologi disebut fon.  Semua hal ini dalam fonologi dideskripsikan berdasarkan tempat dan cara artikulasinya. Misalnya kata [baraŋ] dan [paraŋ] yang mirip, dan masing-masing dibangun oleh lima buah fon, letak bedanya hanya pada fon yang pertama, yaitu [b] dan [p]. Kedua fon ini termasuk bunyi hambat bilabial. Bedanya bunyi [b] adalah bersuara dan bunyi [p] adalah bunyi yang tidak bersuara.
            Komponen fonologi memiliki dua peringkat, yaitu peringkat dalam dan peringkat luar. Peringkat dalam berupa abstraksi dari representasi fonetik yang berada diperingkat luar. Kedua peringkat ini dihubungkan oleh rumus-rumus fonologi. Contohnya kata gerobak dalam bahasa Indonesia yang bentuk pada peringkat dalamnya / g  robak/, tetapi dalam bentuk peringkat luarnya seperti yang diucapkan oleh orang Jakarta adalah [gerobag]. Jadi, rumus fonologinya adalah :
[k]                                  [g]/v  - #
           
            Rumus itu dibaca sebagai [k] harus diganti menjadi [g] dalam pengucapannya, jika muncul pada akhir kata (-#) dan didahului oleh bunyi vokal (v). Anak panah berarti berubah menjadi. Rumus fonologi kata <gerobak> di atas bisa juga menjadi :

[k]                                  [k]/v  - #    atau
[k]                                  [?]/v  - #

           
  1. Keunggulan dan Kelemahan Aliran Transformasi
1.      Keunggulan Aliran Transformasi:
a)      Proses berbahasa merupakan proses kejiwaan bukan fisik.
b)      Secara tegas memisah pengetahuan kebahasaan dengan keterampilan berbahasa (linguistic competent dan linguistic performance).
c)      Dapat membentuk konstruksi-konstruksi lain secara kreatif berdasarkan kaidah yang ada.
d)     Dengan pembedaan kalimat inti dan transformasi telah dapat dipilah antara substansi dan perwujudan.
e)      Dapat menghasilkan kalimat yang tak terhingga banyaknya karena gramatiknya bersifat generatif.
2.      Kelemahan Aliran Transformasi:
a)      Tidak mengakui eksistensi klausa sehingga tidak dapat memilah konsep klausa dan kalimat.
b)      Bahasa merupakan innate walaupun manusia memiliki innate untuk berbahasa tetapi tanpa dibiasakan atau dilatih mustahil akan bisa.
c)      Setiap kebahasaan selalu dikembalikan kepada deep struktur.

BEBERAPA CONTOH PENERAPAN TEORI TRANSFORMASI GENERATIF
1.      Welcome, Ahlan wa Sahlan, Selamat datang merupakan tiga unsur struktur permukaan yang ditransformasikan dari satu struktur dalam yang sama.
2.      a. Mahasiswa melaksanakan rapat di ruang H4.
       b. Mahasiswa melaksanakan belajar di ruang H4.
               Kalimat di atas dapat diubah menjadi kalimat transformasi dengan menggunakan kaedah penggabungan, yaitu:
Mahasiswa melaksanakan rapat dan belajar di ruang H2-204.
3.     Nita memukul lalat.
        Merupakan kalimat inti dengan berbagai ciri atau struktur yang tertera di atas. Kalimat tersebut dapat menjadi kalimat transformasional yaitu:
Lalat dipukul Nita.                               (pemasifan)
Nita tidak memukul lalat.                     (pengingkaran)
Pukulah lalat itu!                                 (perintah)
Siapa yang memukul lalat?                 (penanyaan)
Memukul lalat Nita.                             (inversi)
4.     Salah satu dari ciri transformasi generatif adalah bahasa bersifat kreatif, contohnya adalah:
Peluhnya menganak sungai.
Sampah telah menggunung di tepi jalan.
Kata menggunung terbentuk dari kata gunung dan prefiks me- bermaksud menyerupai gunung.
DAFTAR PUSTAKA

Basuki, Imam Agus. 2005. Linguistika Teori dan Terapan. Yogyakarta : CV. Grafika Indah.
Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta:Rineka Cipta.
Chaer, Abdul.2009. Psikolinguistik Kajian Teoritik. Jakarta: Rineka Cipta
Sampson, Geoffrey. 1987. Model Linguistik Dewasa Ini. (terjemahan Abd. Syukur             Ibrahim dan Machrus Sjamsuddin). Surabaya:Usaha Nasional.
Samsuri. 1988.  Berbagai Aliran Linguistik Abab XX. Jakarta : Departemen Pendidikan dan kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi P2LPTK.

Sumber Lain :
Frinto,aandwi.2008.Online,(http://cakrabuwana.files.wordpress.com//09/1402408211_doc.pdf, diakses 3 November 2012).
Yohanes,Budinuryanta.2007.Online,(http://bentarabahasa.blogspot.com/12/perkembangan-linguistik-di-indonesia.html, diakses 3 November 2012).


0 komentar:

Posting Komentar

Postingan Populer