A.
Pengertian Aliran Transformasi Generativ
Aliran transformasi generatif
sebenarnya bermula dan berakar pada penelitian yang dilakukan oleh Zellig
Harris di Universitas Pennsylvania sekitar tahun 1950. Chomsky Kemudian pada
tahun 1957 mahasiswa Prof. Zellig Harris, yaitu Noam Chomsky lewat bukunya Syntatic Structure yang membuat revolusi
besar pada studi bahasa, sesudah terbitnya karya Bloomfield Language pada tahun 1933. Teori ini
dikembangkan pada bukunya yang ke dua berjudul Aspect of The Theory of
Syntax pada tahun 1965. Dalam buku ini, Chomsky telah menyempurnakan
teorinya mengenai sintaksis dengan mengadakan beberapa perubahan prinsipil yang
dikenal dengan istilah "Standard Theory". Kemudian dikembangkan lagi pada
tahun 1972 dan diberi nama "Extended Standard Theory". Pada
tahun 1975 direvisi kembali dan diberi nama "Revised Extended Standar dan revisi terakhir dengan nama “government and binding
theory”.
Aliran ini muncul sebagai penolakan terhadap aliran struktural yang
beranggapan bahwa bahasa itu sifatnya learned
dapat dipelajari dari lingkungan sekitar dan kelayakan kajian kebahasaan
ditentukan oleh deskripsi data kebahasaan secara induktif karena mengambil
paham positivisme yang mesyaratkan para peneliti bahasa untuk melekatkan
dirinya pada segumpal data bila ia mengadakan penelitian, sehingga
penelitiannya kebanyakan bersifat kuantitatif. Tidak demikian bagi Chomsky,
bahasa menurut Chomsky bersifat innate, artinya
bahasa merupakan keturunan dan sudah ada dalam jiwa manusia dan kajian
linguistik berkaitan dengan aktivitas mental yang probabilitas, dan bukan
berhadapan dengan data kajian yang tertutup dan selesai sehingga dapat
dianalisis dan dideskripsikan secara pasti. Oleh sebab itu, Chomsky beranggapan
bahwa teori linguistik harus dikembangkan dengan bertolak dari kerja secara
deduktif yang dibangun oleh konstruk hipotetik tertentu. Artinya, tugas para
peneliti bukan hanya mengambil kalimat terpisah, menamai bagian-bagiannya serta
melihat bagaimana bagian-bagian tersebut bekerja bersama-sama tetapi tugas
utamanya adalah membangun suatu teori bahasa.
Adapun pandangan beberapa ahli tata bahasa terhadap
pengertian aliran transformasi sebagai berikut :
1.
Keraf ( 1980: 153)
“Transformasi
adalah suatau proses merubah bentuk bahasa menjadi bentuk-bentuk lain, baik
dari bentuk sederhana ke bentuk yang kompleks maupun dari bentuk kompleks ke
bentuk yang sederhana”.
2.
Samsuri (1981 :35)
“Transformasi
adalah proses atau hasil pengubahan sebuah struktur kebebasan atau struktur
yang lain menurut kaidah tertentu”.
3.
Kridalaksana (1984 :198)
“Transformasi
adalah kaidah untuk mengubah struktur gramatikal lain dengan menambah,
mengurangi, atau mengatur kembali konstituen-konstituennya”.
4.
Rosenbaun (1968 : 28)
“Transformasi convert one sentences
structure by performing verious operations on the constituens making up there
tructure”. Terjemahannya:
“Transformasi adalah proses perubahan struktur dalam suatu kalimat ke dalam
struktur luar atau struktur permukaannya”.
5.
Kridalaksana, (1993: 69)
Tata
bahasa transformasi generatif merupakan teori linguistik yang menyatakan bahwa
tujuan linguistik ialah menemukan apa yang semesta dan teratur dalam kemampuan
manusia untuk memahami dan menghasilkan kalimat-kalimat yang gramatikal.
Kalimat dianggap sebagai satuan dasar, dan hubungan antara unsur-unsur dalam
struktur kalimat diuraikan atas abstraksi yang disebut kaidah struktur frase
dan kaidah transformasi.
Jadi, dari pendapat-pendapat di atas
dapat disimpulkan bahwa transformasi generatif merupakan proses atau kaidah
perubahan dari struktur dalam, menjadi struktur luar atau permukaannya, baik
dalam menambah, mengurangi (penghilangan), permutasi, maupun pergantian. Teori
transformasi generatif meninjau aspek bahasa berdasarkan sudut pandang bahasa
itu sendiri, serta menelaah unsur-unsur dan fungsinya dalam bahasa yang
diteliti.
Menurut
teori transformasi generatif tatabahasa itu terdiri dari tiga buah komponen,
yaitu komponen yaitu, komponen fonologis, sintaksis, dan semantik (Chaer. 2009:
34). Namun, untuk memahami ketiga konsep tersebut perlu dipahami dulu konsep
struktur dalam dan struktur luar.
B.
Ciri-ciri
Aliran Transformasi Generativ
1.
Berdasarkan
faham mentalistik.
Aliran ini
meganngap bahasa bukan hanya proses rangsang-tanggap akan tetapi merupakan
proses kejiwaan. Aliran ini sagat erat dengan psikolinguistik.
2.
Bahasa
merupakan innate
Bahasa
merupakan faktor innate(keturunan/warisan)
3.
Bahasa terdiri
dari lapis dalam dan lapis permukaan.
Teori ini
memisah bahasa menjadi dua lapis yaitu deep structure dan surface
structure. Lapis batin merupakan tempat terjadinya proses berbahasa yang
sebenarnya secara mentalistik sedangkan lapis permukaan adalah wujud lahiriah
yang ditransformasi dari lapis batin.
4.
Bahasa terdiri
dari unsur competent dan performance
Linguistic competent atau kemampuan
linguistik merupakan penegtahuan seseorang tentang bahasanya termasuk
kaidah-kaidah di dalamnya. Linguistic performance atau performansi
linguistik adalah keterampilan seseorang menggunakan bahasa.
5.
Analisis bahasa
bertolak dari kalimat.
6.
Penerapan kaidah
bahasa bersifat kreatif
Ciri ini
menentang anggapan kaum struktural yang fanatik terhadap standar keumuman. Bagi
kaum tranformasi masalah umum tidak umum bukan suatu persoalan yang terpenting
adalah kaidah.
7.
Membedakan kalimat inti dan kalimat transformasi.
Kalimat inti
merupakan kaliamt yang belum dikenai transformasi sedangkan kalimat
transformasi merupakan kalimat yang sudah dikenai kaidah transformasi yang
ciri-cirinya yaitu lengkap, simpel, statemen, dan aktif. Lam pertumbuhan
selanjutnya ciri itu ditambah runtut dan positif.
8. Analisis diwujudkan dalam diagram pohon dan
rumus.
Analisis dalam
teori ini dimulai dari struktur kalimat lalu turun ke frase menjadi frase benda
(NP) dan frase kerja (VP) kemudian dari frase turun ke kata.
9.
Gramatikal bersifat generatif.
Bertolak dari teori yang dinamakan tata bahasa generatif tansformasi (TGT).
C. Komponen-komponen Teori Transformasi Generatif
Menurut
teori transformasi generatif, tata bahasa itu terdiri dari tiga komponen.
diantaranya sebagai berikut:
1) Komponen Sintaksis
Komponen
sintaksis dalam aliran transformasi merupakan komponen sentral dalam
pembentukan kalimat, disamping komponen semantik dan komponen fonologi.
Sintaksis adalah organisasi kata-kata (leksikon) yang membentuk frase atau
kalimat dalam suatu bahasa. Sehingga, tugas utama komponen sintaksis adalah
menentukan hubungan antara pola-pola bunyi bahasa itu dengan makna-maknanya
dengan cara mengatur urutan kata-kata yang membentuk frase atau kalimat itu
agar sesuai dengan makna yang diinginkan oleh penuturnya. Berikut contohnya
:
“Kuda itu menendang
petani itu”
Setiap penutur bahasa Indonesia dengan kompetensinya
mengenai bahasa Indonesia akan bisa menentukan hal-hal sebagai berikut:
a)
Kalimat tersebut adalah
kalimat berterima, baik, dan lengkap
b)
Kalimat tersebut terdiri
atas beberapa kata
c)
Dalam kalimat tersebut,
kata kuda adalah sebuah nomina, kata menendang adalah sebuah verba, kata petani adalah nomina, dan kata itu adalah atribut yang berfungsi untuk
menunjuk sesuatu yang dimaksud.
d)
Jika dipenggal kata
tersebut, maka pemenggalannya sebagai berikut:
·
Kuda itu/ menendang
petani (tidak mungkin) ………. 1
·
Kuda/ itu menendang
petani itu (atau) ………. 2
·
Kuda itu menendang/
petani itu
………. 3
Jadi dapat disimpulkan, pertama
setiap penutur bahasa Indonesia akan merasakan bahwa kata yang pertama lebih
natural bergabung dengan kata itu adalah
kata kuda daripada dengan kata menendang. Kemampuan inilah yang disebut
sebagai competence (kompetensi) yaitu
hal yang secara tidak sadar kita lakukan terhadap tata bahasa Indonesia. Kedua,
dengan terjadinya kemungkinan pada kalimat (1) dapat ditarik kesimpulan bahwa
meskipun suatu kalimat berterima secara gramatikal belum tentu berterima secara
semantik. Oleh karena itu, disinilah peranan semantik itu diperlukan.
2)
Komponen Semantik
Teori
linguistik transformasi generatif mengakui bahwa suatu kalimat sangat
tergantung pada beberapa faktor yang saling berkaitan dengan yang lain. Faktor
itu antara lain (a) makna leksikal kata yang membentuk kalimat, (b) urutan kata
dalam organisasi kalimat, (c) intonasi, cara kalimat diucapkan atau dituliskan,
(d) konteks situasi kalimat itu diucapkan atau dituliskan, (e) kalimat sebelum
dan sesudah kalimat yang menyertai
kalimat itu, (f) faktor-faktor lain. Misalnya kata lagi makan dan makan lagi menjadi
berbeda maknanya karena unsur-unsur katanya berbeda atau contoh kata manis secara leksikal mengacu pada rasa
seperti rasa gula; tetapi dapat juga bermakna baik, menarik, cantik. Contohnya
:
a)
Gadis itu sangat manis…. (bermakna
ganda yaitu cantik&baik hati)
b)
Gadis itu sangat manis
rupanya……… (bermakna cantik)
c)
Gadis itu sangat manis
budinya……… (bermakna baik hati)
Oleh karena itu, teori transformasi
generatif menyatakan setiap kata memiliki filtur semantik (semantic feature) dan penanda semantik (semantic maker) yang membentuk keseluruhan makna kata itu. Umpanya
kata bapak memiliki filtur {+benda},
{+konkret}, {+manusia}, {+dewasa}, {+laki-laki}, {+menikah} {-beranak} dan kata
ibu {+benda}, {+konkret}, {+manusia},
{+dewasa}, {-laki-laki}, {+menikah} {+beranak}. Perhatikan contoh
kalimat berikut :
a)
Ibu sedang hamil,
b)
Bapak sedang hamil.
Jadi, jelas perbedaan filtur kata bapak {+laki-laki} dan ibu {-laki-laki}, sehingga kalimat ke
(4) berterima dan kalimat ke (5) tidak berterima. Pengenalan filtur-filtur
semantik ini sebenarnya juga telah ternuranikan oleh setiap penutur suatu
bahasa dan merupakan bagian dari kompetensi bahasanya. Oleh karena itu, penutur
bahasa itu dapat mengenal mana kalimat yang berterima dan mana kalimat yang
tidak berterima.
3) Komponen Fonologi
Komponen
fonologi menjadi komponen ketiga dalam tata bahasa transformasi generatif yang
memiliki rumus-rumus fonologi yang bertugas mengubah struktur luar sintaksis
menjadi reprentasi fonetik yaitu bunyi-bunyi bahasa yang kita dengar yang
diucapkan oleh seorang penutur.
Bunyi-bunyi
yang membentuk suatu kata disebut unit bunyi, segmen fonetik, atau dalam studi
fonologi disebut fon. Semua hal ini dalam fonologi dideskripsikan
berdasarkan tempat dan cara artikulasinya. Misalnya kata [baraŋ] dan
[paraŋ] yang mirip, dan masing-masing dibangun oleh lima buah fon, letak
bedanya hanya pada fon yang pertama, yaitu [b] dan [p]. Kedua fon ini termasuk
bunyi hambat bilabial. Bedanya bunyi [b] adalah bersuara dan bunyi [p] adalah
bunyi yang tidak bersuara.
Komponen
fonologi memiliki dua peringkat, yaitu peringkat
dalam dan peringkat luar.
Peringkat dalam berupa abstraksi dari representasi fonetik yang berada
diperingkat luar. Kedua peringkat ini dihubungkan oleh rumus-rumus fonologi. Contohnya
kata gerobak dalam bahasa Indonesia
yang bentuk pada peringkat dalamnya / g
robak/, tetapi dalam bentuk peringkat luarnya seperti yang diucapkan
oleh orang Jakarta adalah [gerobag]. Jadi, rumus fonologinya adalah :
[k] [g]/v - #
Rumus
itu dibaca sebagai [k] harus diganti menjadi [g] dalam pengucapannya, jika
muncul pada akhir kata (-#) dan didahului oleh bunyi vokal (v). Anak panah
berarti berubah menjadi. Rumus fonologi kata <gerobak> di atas bisa juga
menjadi :
[k] [k]/v - #
atau
[k] [?]/v - #
- Keunggulan
dan Kelemahan Aliran Transformasi
1.
Keunggulan
Aliran Transformasi:
a)
Proses berbahasa merupakan proses kejiwaan bukan
fisik.
b)
Secara tegas memisah pengetahuan kebahasaan dengan
keterampilan berbahasa (linguistic competent dan linguistic performance).
c)
Dapat membentuk konstruksi-konstruksi lain secara
kreatif berdasarkan kaidah yang ada.
d)
Dengan pembedaan kalimat inti dan transformasi telah
dapat dipilah antara substansi dan perwujudan.
e)
Dapat menghasilkan kalimat yang tak terhingga
banyaknya karena gramatiknya bersifat generatif.
2. Kelemahan Aliran Transformasi:
a)
Tidak mengakui eksistensi klausa sehingga tidak dapat
memilah konsep klausa dan kalimat.
b)
Bahasa merupakan innate walaupun manusia memiliki
innate untuk berbahasa tetapi tanpa dibiasakan atau dilatih mustahil akan bisa.
c)
Setiap kebahasaan selalu dikembalikan kepada deep
struktur.
BEBERAPA CONTOH PENERAPAN TEORI
TRANSFORMASI GENERATIF
1. Welcome, Ahlan wa Sahlan,
Selamat datang merupakan tiga unsur
struktur permukaan yang ditransformasikan dari satu struktur dalam yang sama.
2. a. Mahasiswa melaksanakan
rapat di ruang H4.
b. Mahasiswa
melaksanakan belajar di ruang H4.
Kalimat
di atas dapat diubah menjadi kalimat transformasi dengan menggunakan kaedah
penggabungan, yaitu:
Mahasiswa melaksanakan
rapat dan belajar di ruang H2-204.
3. Nita memukul lalat.
Merupakan
kalimat inti dengan berbagai ciri atau struktur yang tertera di atas. Kalimat
tersebut dapat menjadi kalimat transformasional yaitu:
Lalat dipukul Nita. (pemasifan)
Nita tidak memukul lalat. (pengingkaran)
Pukulah lalat itu! (perintah)
Siapa yang memukul lalat? (penanyaan)
Memukul lalat Nita. (inversi)
4. Salah satu
dari ciri transformasi generatif adalah bahasa bersifat kreatif, contohnya
adalah:
Peluhnya
menganak sungai.
Sampah telah
menggunung di tepi jalan.
Kata menggunung terbentuk dari kata gunung dan prefiks me- bermaksud
menyerupai gunung.
DAFTAR PUSTAKA
Basuki, Imam Agus. 2005. Linguistika Teori dan Terapan. Yogyakarta
: CV. Grafika Indah.
Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta:Rineka Cipta.
Chaer, Abdul.2009. Psikolinguistik Kajian Teoritik.
Jakarta: Rineka Cipta
Sampson, Geoffrey. 1987. Model Linguistik Dewasa Ini. (terjemahan
Abd. Syukur Ibrahim dan Machrus Sjamsuddin).
Surabaya:Usaha Nasional.
Samsuri. 1988. Berbagai
Aliran Linguistik Abab XX. Jakarta : Departemen Pendidikan dan kebudayaan
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi P2LPTK.
Sumber Lain :
Frinto,aandwi.2008.Online,(http://cakrabuwana.files.wordpress.com//09/1402408211_doc.pdf,
diakses 3 November 2012).
Yohanes,Budinuryanta.2007.Online,(http://bentarabahasa.blogspot.com/12/perkembangan-linguistik-di-indonesia.html, diakses 3 November 2012).
0 komentar:
Posting Komentar